POSTING TERAKHIR BIC Bilik Inspirasi : Akulah Nahkoda (BIC) Bilik Inspirasi : Guillain Barre Syndrome (GBS) (BIC) Bilik Inspirasi : Bait Rindu (BIC) Bilik Inspirasi : Sepertiga MalamMu (BIC) Bilik Inspirasi : Ketika Atmosfir Divonis Sakit (BIC) Bilik Inspirasi : Bumi Tenggelam Mungkinkah?? (BIC) Bilik Inspirasi : Gadget Canggih, Gadget Maut...

Legenda: Sumur Kembar

Semburat merah oleh langit senja tampak menghiasi sebuah desa yang terletak di pinggiran kota Lamongan. Desa yang teramat asri dengan daerah persawahan yang membentang di bagian utara desa. Suasana desa yang tampak nyaman dengan nyanyian anak-anak kecil yang bermain di pematang sawah, ditambah dengan celoteh burung yang bersahutan menambah indah suasana damai di desa yang oleh penduduknya disebut sebagai desa Menongo.

Menongo menyimpan keindahan alam khas pedesaan. Persawahan yang terhampar hijau menghiasi bagian utara dan selatan desa itu. Pada bagian selatan desa itu terdapat waduk yang bisa dibilang merupakan sumber penghidupan bagi para penduduk yang mayoritas mengadu nasib sebagai petani. Aliran airnya yang membasahi tanah kering di daerah persawahan pada saat musim kemarau seolah memberikan kesempatan para petani untuk tetap bernafas dan menyambung hidup dari hasil pertanian itu.

Saat arah pandang kita meneropong ke bagian utara desa, tampak hamparan hijau yang tak kalah indah pesonanya dengan bagian selatan desa. Padi yang tumbuh dengan baik menandakan alam yang subur seakan membelalakkan mata kita untuk terus menikmati indahnya alam pedesaan di daerah ini.

Ketika pandangan mata kita tujukan tepat ditepian daerah persawahan, maka pandangan mata akan tertuju pada dua buah lubang di persawahan. Lubang itu tidak lain adalah dua buah sumur yang menghiasi bagian tepi hamparan permadani alam persawahan. Sekilas tidak ada hal aneh yang tampak dari kedua sumur tersebut. keduanya tidak ada bedanya dengan sumur-sumur yang ada pada tiap rumah penduduk disekitarnya. Akan tetapi bila dilihat dari letaknya yangberdekatan satu sama lain dengan bentuk yang hampir sama membuat kedua sumur itu oleh penduduk desa setempat disebut sebagai Sumur Kembar.

Apabila ditilik lebih jauh tentang asal-muasalnya, maka sisi misteri akan menyeruak ke permukaan menghiasi cerita tentang sumur kembar. Cerita yang mengalir dari mulut ke mulut seolah menambah simpang-siur akan sejarah dari munculnya keduanya. Berbagai versi cerita pun akhirnya menghiasi perbincangan antara para sesepuh desa dengan para cucu mereka. Dari berbagai cerita tersebut benang merah yang bisa ditarik adalah sisi mistis yang selalu diangkat masing-masing mengangkat tema mistis akan terjadinya kedua sumur tersebut.

Konon sumur tersebut dianggap sebagai sumur keramat oleh penduduk sekitar. Letaknya yang agak terasing dari pemukiman penduduk membuat aroma mistis yang diceritakan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat semakin kental. Kondisi sekitar sumur yang dikelilingi oleh pohon tinggi nan rimbun dengan semak belukar yang tinggi dianggap oleh penduduk sebagai istana jin. Sesajen terkadang juga tampak menghiasi bagian bawah pohon beringin lengkap dengan bau kemenyan yang menyengat. Sebuah ciri khas tempat yang dianggap angker oleh penduduk kebanyakan.

Menurut penduduk sekitar, sumur tersebut dulunya merupakan sumber mata air utama bagi desa menongo dan sekitarnya. Kondisi air dalam sumur tersebut sangat stabil baik pada saat musim kemarau maupun pada musim hujan. Ketika kemarau panjang melanda, air dalam sumur tersebut tetap ada sehingga pernah pada suatu musim kemarau berbondong-bondong penduduk desa yang datang dari kejauhan menuju desa menongo untuk mendapatkan air.

Berbagai kejadian mistis sering dialami dan kemudian diceritakan secara turun temurun oleh sesepuh desa kepada anak cucunya. Sehingga sampai sekarang legenda tentang sumur itu terus menerus berkembang. Dari salah satu sesepuh desa yang saya temui, beliau mengungkapkan bahwa asal mula adanya dua sumur di utara desa yang sekarang disebut sebagai sumur kembar, tidak bisa dilepaskan dari cerita munculnya desa menongo itu sendiri.

Dahulu kala di sebuah daerah yang belum berpenghuni, datanglah enam orang yang berasal dari daerah yang jauh. Rombongan ini dipimpin oleh seseorang yang bernama Panji. Beliau adalah sosok yang dituakan pada rombongan ini karena beliau memiliki keistimewaan berupa indera keenam yang bisa berkomunikasi dengan alam lain.

Ketika rombongan tersebut sampai di daerah yang dianggap oleh mereka subur, maka akhirnya sebagai orang yang dituakan, Mbah Panji akhirnya memutuskan untuk menetap didaerah tersebut, yang sekarang lebih dikenal dengan nama desa Menongo. Selanjutnya mbah Panji bersama kelima orang anggotanya tersebut membangun rumah serta membabat hutan untuk dijadikan lahan pertanian.

Pada suatu ketika di musim kemarau yang panjang, rombongan yang telah memutuskan untuk menetap itu dihadapkan pada suatu masalah. Di daerah itu sumber air yang ada telah kering dan hampir tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Musyawarah diantara keenam orang tersebut akhirnya dilaksanakan, sampai akhirnya didapatkan suatu kesepakatan bahwa mereka akan membangun sebuah sumur disebelah utara tempat tinggal mereka, tepatnya didekat daerah persawahan.

Akhirnya pada suatu hari yang dipercaya baik oleh Mbah Panji selaku sesepuh, maka keenam orang tersebut menuju bagian utara desa untuk membuat sebuah sumur. Dalam waktu setengah hari pekerjaan membuat sumur itu pun selesai. Keenam orang tersebut akhirnya kembali ke rumah masing-masing. Sumur hasil buatan keenam orang tersebut ternyata sangat bermanfaat bagi kelancaran kehidupan, baik sehari-hari maupun untuk mendukung aktifitas mereka sebagai petani, yaitu sebagai sumber irigasi.

Hari demi haripun berlalu mereka hidup dalam keadaan yang berkecukupan. Sampai akhirnya para penghuni daerah tersebut mulai merasa sangsi terhadap rasa dari air sumur buatan mereka. Mereka merasa seolah ada hal ghaib yang mempengaruhi kualitas rasa dari sumur hasil buatan mereka. Mbah Panji yang dianggap memiliki kemampuan lebih dibandingkan yang lain akhirnya bersemedi untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul tersebut. Dalam semedinya tersebut mbah Panji merasa didatangi oleh dua orang pemuda bertubuh kekar. Salah satu dari pemuda tersebut menunggangi kuda sedangkan pemuda yang lain menunggang macan. Kedua pemuda tersebut bermaksud untuk menghalangi rencana pembuatan sumur oleh penduduk desa, sampai akhirnya dalam semedinya itu mbah Panji bertempur hebat selama enam hari dengan kedua pemuda tersebut. Akan tetapi baru pada hari ketujuh, Mbah Panji dapat mengalahkan kedua pemuda tersebut.

Pada hari ketujuh itu, setelah berhasil mengalahkan kedua pemuda tersebut, Mbah Panji mencukupkan semedinya. Setelah itu mbah panji kembali ke kampung tempat kelima orang anggotanya tinggal. Setelah sampai Mbah Panji memerintahkan mereka untuk membangun sebuah sumur lagi tepat disebelah selatan dari sumur pertama, dan mengarah lebih dekat dengan pohon beringin yang tumbuh di daerah tersebut. setelah bergotong royong dan menguras keringat selama hampir setengah hari akhirnya sumur itupun selesai dibuat.

Kedua sumur yang dianggap dibuat oleh para sesepuh desa pada saat itu, sampai sekarang masih dapat dijumpai dan terletak tepat disebelah utara desa Menongo. Pohon beringin yang letaknya dekat dengan sumur kedua (sebelah selatan) juga masih bisa ditemui. Terkadang penduduk sekitar juga masih sering melihat penampakan seekor kuda dan macan yang berjalan mengelilingi desa tempat sumur itu berada yaitu desa Menongo. Salah satu versi cerita tersebut merupakan cerita dari para sesepuh desa yang diceritakan secara turun-temurun. Perihal kebenaran dari cerita tersebut dikembalikan sepenuhnya kepada para pembaca.






0 komentar:

Posting Komentar

Sedikit ujar dari Anda akan cukup membantu untuk perbaikan Bilik Inspirasi ini...